Alamat

Desa Selanegara RT 06 RW 03
Sumpiuh, Banyumas 53915

Psikologi di Balik Fear of Missing Out (FOMO)

Fear of Missing Out

FOMO atau Fear of Missing Out adalah perasaan cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik sedang terjadi dan takut akan ketinggalan/kehilangan momen tersebut.

Kemungkinan besar, hal ini biasa terjadi ketika seseorang membuat daftar perihal menarik tersebut untuk segera dilakukan atau sudah ditunggu beberapa waktu silam dan harus segera dilakukan tetapi sedang terjadi ketika kita belum melakukannya.

Akibatnya, kita akan merasa cemas, panik, gugup, kehilangan, kesepian dan merasa depresi karena momen menarik tersebut tertinggal oleh diri kita.

Padahal, kita tidak perlu merasa ketinggalan dengan sesuatu yang menarik tersebut apabila bisa didapatkan lagi dilain waktu. Toh, perasaan itu hanya persepsi sesaat karena perilaku kompulsif dan impulsif dari kita.

Apa yang menyebabkan FOMO?

Sebagai makhluk sosial, sudah sewajarnya keinginan bawaan untuk hubungan sosial dan rasa memiliki tertanam jelas pada diri kita meskipun dapat mendorong perilaku FOMO.

Merasakan kebutuhan dari hubungan antar pribadi dan ingin menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri yang berlebihan juga dapat mendorong rasa takut akan ketinggalan bila terus dipaksakan.

Tentu, media sosial bukan satu-satunya penyebab yang memicu perilaku FOMO semakin menjadi. Berikut beberapa penyebab yang umum terjadi di masyarakat:

  • Tidak memahami lelucon orang lain (tidak bisa mengikuti)
  • Tidak terpilih untuk suatu tim padahal ingin gabung
  • Tidak diundang ke suatu acara padahal menginginkannya
  • Kehilangan penawaran bagus, seperti diskon atau obralan
  • Dll.

Kalau masih belum paham penjelasan dan penyebabnya, kamu bisa mencoba mendefinisikannya sendiri dan mencari tahu penyebabnya.

Contohnya kamu bisa memikirkan beberapa kata di bawah ini:

  • “Kelaparan Sosial”
  • “Bertepuk Sebelah Tangan”
  • “Butuh Perhatian”

Nah, itu merupakan beberapa kata yang bisa menjelaskan Fear of Missing Out (FOMO) secara gamblang karena sering terjadi di kalangan masyarakat.

Gejala FOMO

Meskipun saat ini FOMO bukan kondisi yang dapat didiagnosis, namun dapat kita lihat dari gejala spesifik seperti:

  • Terobsesi memeriksa notifikasi smartphone atau media sosial untuk melihat apa yang dilakukan orang lain
  • Mengalami perasaan negatif saat membandingkan kehidupan seseorang dengan apa yang tampaknya dilakukan orang lain di forum/media sosial
  • Merasa lelah secara mental dari forum/media sosial

Gejala FOMO lainnya juga terlihat dari perilaku negatif seperti:

  • Overscheduling (mencoba untuk berada di mana-mana / melakukan apa saja setiap saat)
  • Menarik diri dari orang lain
  • Merasa lelah secara fisik
  • Merasa sedih, cemas atau tertekan
  • Sulit berkonsentrasi
  • Mengalami kesulitan tidur
  • Kesejahteraan dan fungsi tubuh berkurang

Siapa yang sering terkena dampak FOMO?

Bila dilihat dari rentang usia sebenarnya, anak muda dan remaja lebih berisiko mengalami FOMO. Karena peningkatan jumlah waktu yang dihabiskan saat online ditambah dengan kepekaan yang meningkat dan kebutuhan akan persetujuan dan rasa memiliki secara sosial juga meningkat.

Individu yang hidup dengan kecemasan sosial juga dapat berisiko karena mereka cenderung menghindari situasi sosial dan lebih mengandalkan media sosial untuk koneksi dan untuk mengurangi perasaan kesepian.

Contohnya seorang yang berprofesi di depan monitor dengan fasilitas yang sudah ada dilingkungan kerjanya. Seperti programmer, blogger, desainer, internet marketer, konten kreator, dsb.

Bagaimana Mengatasi Rasa Takut Ketinggalan (FOMO)

Jika kamu mengalami FOMO dan ingin menghindarinya, saya memiliki beberapa tips yang bisa kamu gunakan agar tidak terbawa perilaku tersebut.

Berikut beberapa tips untuk menghadapinya:

  • Ketahui pemicunya: “Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengetahui pemicunya, memahaminya serta meminimalkan pemicunya. Contoh: “kecanduan ponsel”, maka solusinya: “batasi/jauhkan ponsel tersebut”.”
  • Fokus untuk menjadi diri sendiri: “Penting untuk selalu mengingatkan diri kita sendiri bahwa kehidupan orang lain tidak semenarik atau sesempurna kelihatannya dan apapun yang mereka lakukan belum tentu harus kita lakukan juga.”
  • Berpikir kritis dan bijak sebelum melakukan: “Keputusan yang didasari alasan yang jelas sesuai dengan prioritas dan tujuan awal kita dapat mengurangi aktivitas/tindakan yang menyimpang tanpa alasan. Ini akan sangat berguna ketika kita ingin menghindari FOMO.”
  • Berlatih Mindfulness: “Dengan melakukan Mindfulness kita dapat memutuskan bahwa kita tidak membutuhkannya dan sudah sewajarnya kita abaikan. Kamu bisa memulainya dari buku “Sadar Penuh Hadir Utuh” karya mas Adjie Silarus untuk mencobanya.”

Note: Saya bukan seorang ahli, hanya tau dan suka memperhatikan psikologi diri sendiri.

Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *